Sejak 1921, wilayah Cibeunying telah menjadi bagian dari Kota Bandung. Sejak saat itu, daerah ini terus berkembang dengan berbagai potensi unggulannya, khususnya di bidang kuliner dan kesenian, yang masih lestari hingga kini.
Setelah pemekaran wilayah, Cibeunying dibagi menjadi dua kecamatan: Cibeunying Kidul dan Cibeunying Kaler, sesuai letaknya di bagian selatan (kidul) dan utara (kaler).
Lalu, dari mana asal nama Cibeunying?
Mengutip dari buku *Toponimi Kota Bandung*, nama "Cibeunying" berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda: "Ci" dan "Beunying." "Ci" atau "Cai" berarti air, yang lazim dipakai sebagai awalan di banyak daerah di Bandung karena wilayah ini kaya akan sungai dan sumber air yang dahulu menjadi pusat kehidupan di kota kembang.
Sementara itu, "Beunying" merujuk pada tanaman lokal yang dikenal sebagai Ficus fistulosa, dari keluarga beringin (Moraceae). Pohon beunying masih satu kerabat dengan pohon nangka, murbei, bodhi, karet munding, dan hampelas.
Beunying adalah pohon besar yang bisa tumbuh hingga setinggi 10 meter dengan daun tebal berbentuk bulat telur hingga lonjong. Daunnya mengkilap dan panjang bertangkai, sedangkan bunganya tumbuh bergerombol pada batang atau ketiak daun.
Pohon beunying hidup di tempat yang sejuk, dekat sumber air, dan dapat tumbuh di area dengan ketinggian hingga 2.000 meter. Dahulu, jenis ini banyak ditemukan di hutan terbuka atau tepi hutan lembap. Namun, kini pohon beunying sudah jarang dijumpai di Kota Bandung.
Inilah asal-usul nama Cibeunying, salah satu daerah di Kota Bandung yang kaya akan sejarah lokal, namun belum banyak diketahui.
Editor: Redaksi Zilenialnews
Sumber: Humas Bandung