Potret perajin wayang golek saat memainkan wayang golek pada 22 Mei 2023 di Kampung Wayang Urban, Jl. Pangarang 4, Kelurahan Cikawao, Kecamatan Lengkong. (Rico Miraj Irawan/Zilenialnews) |
Ruhiyat Wooden Puppet & Mask inilah yang melahirkan berbagai jenis wayang golek, seperti wayang Cepak, Mahabharata, Ramayana, hingga karakter wayang yang paling popular, yaitu Cepot. Tempat produksi wayang ini telah berdiri sejak tahun 30-an dan kini di pegang oleh Tatang Heryana (69 tahun) selaku generasi ke-3 dari keluarga perajin wayang golek.
Tatang menjelaskan bahwa sebelumnya ada ayah dan kakeknya yang sempat menggeluti kesenian wayang golek ini, sebelum akhirnya digantikan olehnya.
"Jadi, pertama itu ada kakek saya, Abah Sukatma sebagai generasi pertama di tahun 30-an, kemudian berlanjut kepada ayah saya, Bapak Alun Ruhiyat tahun 1955 dan barulah berganti kepada saya dari tahun 1967 sampai sekarang," ujar Tatang.
Tatang juga menambahkan, selain karena keluarganya sebagai perajin wayang golek, ia pun memiliki hobi sehingga bisa masuk ke dalam dunia kesenian wayang golek.
"Saya sendiri ikut masuk ke dunia kesenian wayang golek ini selain karena lingkungan keluarga perajin wayang golek, juga karena hobi. Soalnya saya sudah dari SMP ikut ayah membuat wayang golek," tambahnya.
Menurut Tatang, wayang golek ini sudah mengalami penurunan yang signifikan dari segi peminat, terkhususnya di Indonesia sendiri.
"Kalau zaman sekarang itu wayang golek udah mulai tidak laku di Indonesia ini, tapi justru banyak orang luar yang minat sama wayang golek yang saya produksi ini, seperti Jepang, Prancis dan yang paling besar peminatnya dari Belanda, bahkan banyak turis asing yang main ke sini untuk mempelajari wayang golek," lanjutnya.
Saat pandemi kemarin, produksi wayang golek juga sempat terhenti, sehingga berdampak pada produksi dan penjualan wayang golek yang mengalami penurunan.
"Terus juga kemarin produksi sempat terhenti karena pandemi dan karena saya sendiri sempat kena stroke. Jadi, tambah ancur aja penjualannya, karena dua hal tadi, kan, sangat berdampak kepada jalannya produksi dan penjualan," katanya.
Selanjutnya, Tatang mengungkapkan keprihatinannya terhadap kesenian wayang golek yang saat ini sudah mulai punah dan sepi peminat.
"Saya sangat menyayangkan minimnya minat generasi muda sekarang kepada kebudayaan asli Indonesia, bahkan upaya dari pemerintah untuk memberdayakan budaya kesenian lokal semakin ke sini semakin luntur. Pengennya, sih, bisa seperti dulu, pemerintah ikut serta menyuarakan kecintaannya terhadap kesenian lokal lewat pameran-pameran seni yang di dukung oleh pemerintah," pungkasnya.
Penulis: Rico Miraj Irawan
Editor: Meila Siti Maulidiyah