Bertepuk Sebelah Tangan

 



Sore ini, Biya akan pergi bersama sahabatnya ke sebuah tempat yang berada di Kota Surabaya. Biya tengah berdiri di depan pintu rumahnya untuk menunggu sang pangeran yang akan menjemputnya.

Tak lama, akhirnya pun pangeran yang ia nantikan sampai juga di rumah miliknya. Pangerannya dengan gagah turun sambil membawa kotak kecil yang entah apa isinya.

“Vin, ini apa?” tanya Biya setelah kotak itu berada dalam jangkauan Biya.

Kevin hanya tersenyum manis pada Biya. Senyuman itu membuat Biya benar-benar terpesona. Biya pun menaiki motor Kevin dan merangkul pinggang Kevin sebagai pegangannya.

Ternyata mereka pergi ke sebuah pasar malam yang kebetulan ada di Kota Surabaya. Kevin membawa Biya bermain banyak permainan di pasar malam tersebut. Banyak pasang mata yang mengira mereka adalah sepasang kekasih. Namun pada kenyataannya mereka hanya sebatas sahabat.

Menurut Biya, Kevin itu bukan hanya ia anggap sebagai sahabat saja. Ya, Biya mempunyai perasaan lebih untuk Kevin. Namun, Kevin tak menyadari perasaan itu.

Malam ini adalah malam yang sangat berarti untuk Biya. Karena ia tak ingin berlama-lama memendam rasa yang kian hari kian membuncah dalam hati Biya. Malam ini, ia memilih untuk mengungkapkan perasaan cintanya. Biya rasa Kevin juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Biya. Terlihat dari perhatian Kevin terhadapnya, sehingga ia mengartikan itu lebih.

Biya menunggu waktu untuk mengungkapnya dan Biya rasa ini adalah saatnya. Saat ini mereka tengah duduk berdua di bangku sambil memakan permen kapas yang dibeli Kevin. Kevin melihat jam tangan yang melingkar apik dipergelangan tangannya.

“Vin, gue mau ngomong serius sama lo,” ucap Biya yang masih mengungah sedikit sisa permen kapas di mulutnya.

“Kok pas banget. Gue juga mau ngomong sama lo,” balas Kevin.

”Ya udah lo ngomong duluan aja kalau gitu,” ucap Biya.

Kevin langsung saja mengutarakan apa adanya tanpa basa basi. Kevin membuat kegiatan Biya yang mengunyah permen kapas berhenti seketika.

“Gue mau ngomong kalau gue butuh bantuan lo buat nembak Aurel. Lo tau kan Aurel? Adek kelas kita yang unyu-unyu itu,” 

Merasa tak ada respon dari sang empu yang diajak bicara, akhirnya Kevin menyikut lengan Biya.

“Hey, gimana menurut lo? Lo mau kan bantuin gue,”

“I-iya ya gue mau kok. Sans aja lah. Pasti gue bantuin. Kayak sama siapa aja lo,” balas Biya sambil menahan isakannya.

Tuhan, mengapa sakit sekali rasanya jika rasa ini tak mampu terbalaskan. Ku kira selama ini dia mempunyai perasaan yang sama terhadapku. Ternyata aku salah. Kini cintaku bertepuk sebelah tangan. Dan rasanya sungguh tak mampu ku utarakan lewat kata-kata,” tangis pedih Biya dalam hati.

Biya mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaan yang ia pendam selama ini. Sebelum mengutarakan pun Biya sudah mendapatkan jawaban atas rasanya kali ini. Yaitu perasaan Kevin hanya sebatas sahabat saja dan tak lebih. Biya saja yang terlalu berharap pada Kevin yang mempunyai perasaan lebih padanya. Sekarang setelah cintanya bertepuk sebelah tangan, ia tak tau harus bersikap apa pada Kevin. Biya bertekad untuk mencoba melupakan rasanya yang sepihak itu.

“Lo tadi mau bilang apa ke gue?” pertanyaan Kevin mampu membuyarkan kekacauan dalam pikiran Biya.

“Hm… anu.. eh.. itu gue mau ngomong ke elo, kalau gue lusa mau nyusul nyokap ke Solo,” jawab Biya ngasal.

Dan mungkin itu adalah cara yang paling benar untuk menghapus rasa cintanya pada Kevin.

“Kok dadakan banget? Kenapa lo baru bilang? Dan sekolah lo gimana? Kita bentar lagi lulus Bi, kenapa lo mau pindah?”.

“Lo juga tadi janji bakal bantuin gue dapetin Aurel,” kata Kevin.

Biya mencoba mencari alasan yang tepat untuk Kevin. Sampai ia berbohong pada Kevin. Ia mengatakan jika neneknya yang di Solo sedang sakit dan Biya harus menemani neneknya disaat orang tuanya kerja.

Di Surabaya, Biya hanya tinggal bersama tantenya dan kedua orang tua Biya tinggal di Kota Solo.

“Vin, mungkin ini malam terakhir buat kita berdua. Gue harap semoga lo bahagia. Maaf soal permintaan lo tadi gue gak bisa bantu. Sorry banget ya. Gue selalu do’ain lo kok, semoga cinta lo di terima sama Aurel,”.

Setelah berucap yang demikian, Biya meninggalkan Kevin sendiri di pasar malam itu. Biya pulang dengan menggunakan taksi online.

Malam ini benar-benar menjadi malam yang terakhir buat mereka berdua. Perpisahan yang tak pernah ada dalam kamus kehidupan Biya, kini tuhan hadirkan.

Selamat tinggal Kota yang penuh kenangan.
Selamat tinggal..
Dan terimakasih atas cinta yang bertepuk sebelah tangan ini...


Penulis: Ilma Zakiatur Rofi'ah

Terima kasih telah membaca di situs Zilenialnews.com. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال